tea break

memberikan pencerahan dan motivasi lewat cerita

Tuesday, June 9, 2009

MULAILAH MEMBERI

BILA tidak ada seorang pun yang berbelas kasih pada kesulitan Anda, tak ada yang mau merayakan keberhasilan Anda, bahkan bila tidak ada seorang pun yang bersedia mendengarkan, memandang, bahkan memperhatikan diri Anda, ingatlah untuk tidak memasukkan itu ke dalam hati.  Manusia selalu disibukkan oleh urusannya sendiri. Manusia kebanyakan lebih mendahulukan kepentingannya sendiri. Anda tidak perlu memasukkan semuanya itu ke dalam hati karena hanya akan menyesakkan dan menambah beban langkah Anda. Ringankanlah hidup dengan selalu memberi kepada orang lain. Semakin banyak Anda memberi semakin mudah Anda memikul hidup ini.
Berdirilah di depan jendela. Pandanglah ke luar. Tanyakanlah kepada diri sendiri apa yang bisa diberikan kepada dunia ini. Pasti ada sebuah alasan kuat mengapa Anda hadir di sini.  Bukan untuk merengek dan meminta dunia untuk menyanjung Anda. Bukan pula untuk sebuah kesia-siaan. Bahkan seekor cacing pun dihidupkan untuk menggemburkan tanah. Dan sebongkah batu dipadatkan untuk menopang gunung. Alangkah hebat dan berharganya Anda dengan kekuatan yang tidak dimiliki orang lain untuk merubah dan mewarnai dunia. Itu hanya terwujud bila Anda mau mewujudkannya.

Kata Bijak Hari ini :
Kita berdoa kalau mengalami kesusahan dan memerlukan sesuatu. Seharusnya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan rejeki melimpah. (Kahlil Gibran)

PATUNG KEHIDUPAN

Suatu ketika, hiduplah seorang pematung. Pematung ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas. Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini.

Sang pematung, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah, karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.

Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya.

Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang di perintahkannya. “Bagus. Bagus sekali, ujar sang Raja. “Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.”
Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luar taman. “Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,” ucapnya dalam hati, pasti, akan cepat rusak.”

Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pematung. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya. “Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang lain di depan sana.”

Menyesal dengan perrbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya.

Moral Cerita :
Seberapa jauh kita menghargai diri kita sendiri? Tuhan telah menciptakan kita sempurna dengan keunikan dan bakat yang berbeda satu sama lain. Apakah kita berani untuk menciptakan patung diri kita sendiri sesempurna ciptaan Tuhan?
Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat kelak. Bentuklah “patung” diri Anda dengan indah!

Kata Bijak hari ini:
Enam puluh tahun yang lalu saya tahu mengenai segala hal; sekarang saya tidak tahu apa-apa; pendidikan adalah suatu penemuan yang terus-menerus dari ketidaktahuan kita. (Will Durant)

PATUNG KEHIDUPAN

Suatu ketika, hiduplah seorang pematung. Pematung ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas. Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini.

Sang pematung, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah, karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.

Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya.

Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang di perintahkannya. “Bagus. Bagus sekali, ujar sang Raja. “Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.”
Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luar taman. “Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,” ucapnya dalam hati, pasti, akan cepat rusak.”

Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pematung. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya. “Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang lain di depan sana.”

Menyesal dengan perrbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya.

Moral Cerita :
Seberapa jauh kita menghargai diri kita sendiri? Tuhan telah menciptakan kita sempurna dengan keunikan dan bakat yang berbeda satu sama lain. Apakah kita berani untuk menciptakan patung diri kita sendiri sesempurna ciptaan Tuhan?
Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat kelak. Bentuklah “patung” diri Anda dengan indah!

Kata Bijak hari ini:
Enam puluh tahun yang lalu saya tahu mengenai segala hal; sekarang saya tidak tahu apa-apa; pendidikan adalah suatu penemuan yang terus-menerus dari ketidaktahuan kita. (Will Durant)

MENJADI PEMENANG ATAU YANG KALAH

Suatu hari seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai. Tiba-tiba datanglah seekor rubah besar bermaksud memakannya. Kata kelinci itu kepadanya,”kalau engkau berani, ayo kita bertarung di lubang kelinci. Siapa yang menang bisa memakan pihak yang kalah. Dan kamu pasti akan kumakan”.

Rubah tersebut tertawa terbahak-bahak penuh hinaan dan segera mengikuti kelinci itu ke dalam lubangnya. “Mana mungkin kelinci kecil ini bisa mengalahkanku?” pikir rubah tersebut sambil masuk ke dalam lubang kelinci. Sepuluh menit kemudian kelinci tersebut keluar sambil menggenggam sepotong paha rubah dan memakannya dengan lahap.
Hari menjelang siang dan matahari semakin terik. Sambil mengenakan kacamata hitamnya kelinci hampir tertidur terkena hembusan angin laut. Tiba-tiba seekor serigala besar datang hendak memangsanya. ”Sabar dulu, Serigala,” kata kelinci. ”Kalau engkau berani, ayo kita bertarung dalam lubang kelinciku. Siapa yang menang bisa memangsa yang kalah”.
”Ha..ha...engkau bukan cuma kecil tetapi juga sombong,” kata serigala sambil tertawa. ”Ayo sekarang kita ke lubang kelincimu, aku sudah sangat lapar. Kamu tak mungkin bisa mengalahkanku”.
Mereka pun masuk dalam lubang kelinci. Lima belas menit kemudian kelinci tersebut keluar sambil melahap sepotong paha serigala dengan nikmatnya.
Menjelang sore saat kelinci hendak berkemas kembali ke lubangnya, tiba-tiba seekor beruang besar menghadang hendak memangsanya.
”Nanti dulu, Beruang, kalau engkau jagoan ayo kita berkelahi di dalam lubang kelinciku. Siapa yang menang berhak memakan yang kalah,” kata kelinci tak gentar.
”Baiklah, di manapun tempat aku akan memangsamu tidak menjadi soal. Ayo sekarang kita ke lubangmu,” kata beruang penuh percaya diri. Sambil memandang kelinci yang terlihat begitu kecil di kakinya, sang beruang membayangkan menikmati makan malam yang lezat seekor kelinci segar.
10 menit tidak terjadi apa-apa, 20 menit keadaan begitu lengang. Dan 30 menit kemudian kelinci tersebut kembali keluar dari lubangnya sambil menggenggam sepotong paha beruang yang lezat dan memakannya.
Nyiur melambai, dan senja kini telah tiba. Kelinci mengemasi perlengkapan santainya dan melangkah kembali ke lubangnya. Dia berteriak ke dalam lubang kelincinya,”hai, keluarlah. Hari sudah sore. Besok kita lanjutkan lagi!”

Segera keluarlah seekor harimau dari lubang kelinci tersebut. Badannya sangat besar. Sambil menguap harimau itu berkata,”Kerjasama kita sukses besar hari ini. Kita bisa makan kenyang dan saya tidak perlu berlari kencang mengejar mangsa!”

Moral Cerita :
Seorang pemenang selalu berpikir tentang kerja sama, sementara pecundang selalu berpikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya. Untuk membentuk ikatan persahabatan dan persaudaraan harus ada semangat kerendahan hati dan keikhlasan bekerja sama MESKIPUN DENGAN SESEORANG YANG KELIHATAN TIDAK LEBIH BAIK DARI KITA.

Kata Bijak Hari ini:
Sangat baik untuk mempelajari sesuatu, bahkan dari seorang musuh sekalipun (Peribahasa Latin)