tea break

memberikan pencerahan dan motivasi lewat cerita

Monday, December 28, 2009

Dunia memberi apa Yang kita Fokuskan

Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit, dan tindakan anda pun jadi kerdil

Namun bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda pun melakukan hal-hal penting dan berharga

Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiaran kita.

Padahal dunia tidak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri

Maka bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. dan dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

Thursday, December 24, 2009

KUBERIKAN SAAT MASIH HIDUP

Suatu ketika seorang yang sangat kaya bertanya kepada temannya.

"Mengapa aku dicela sebagai orang yang kikir? Padahal semua orang tahu bahwa aku telah membuat surat wasiat untuk mendermakan seluruh harta kekayaanku bila kelak aku mati."

"Begini," kata temannya, akan kuceritakan kepadamu tentang kisah babi dan sapi.

Suatu hari babi mengeluh kepada sapi mengenai dirinya yang tidak disenangi manusia.

"Mengapa orang selalu membicarakan kelembutanmu dan keindahan matamu yang sayu itu, tanya babi. Memang kau memberikan susu, mentega dan keju. Tapi yang kuberikan

jauh lebih banyak. Aku memberikan lemak, daging, paha, bulu, kulit. Bahkan kakiku pun dibuat asinan! Tetapi tetap saja manusia tak menyenangiku. Mengapa?"

Sapi berpikir sejenak dan kemudian menjawab, "Ya, mungkin karena aku telah memberi kepada manusia ketika aku masih hidup."

Kata Bijak Hari ini:
Setetes embun di tengah gurun lebih berarti dari segelas air di dalam kolam. (Frangky)

Wednesday, December 23, 2009

8 x 3 = 23

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 2. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia."

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat:

"Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.


Moral Cerita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga

Kata Bijak Hari ini:
Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.

HIDUP TANPA MASALAH

Pada suatu saat Norman Vincent Peale, penulis buku terlaris “The Power Positive Thinking”, bertemu dengan temannya, George. Dari wajah tampak kalau George begitu sarat dengan beban dan sedang tidak bahagia.

“Apa kabar, george?” tanya Norman.

Sebenarnya Norman tidak seriua bertanya. Ia hanya berbasabasi. Tapi George menanggapi pertanyaan itu dengan serius. Selama lima belas menit dia memberitahu betapa ia sedang sangat susah. Semakin banyak George bercerita semakin sedih hati Norman, katanya,

“George, saya sedih melihatmu dalam keadaan tertekan seperti itu. Mengapa kamu bisa sepertiini?”

“Ini karena masalah-masalah saya. Tidak ada hal lain kecuali masalah, saya muak dengan semua masalah ini. Jika kau dapat menghilangkan semua masalah saya, saya akan menyumbang untuk yayasan amal kesayanganmu.”

Norman menjawab, “kemarin saya pergi ke tempat tinggal ribuan orang. Sejauh yang saya ketahui, tak seorang pun dari mereka mempunyai masalah. Kau ingin pergi ke sana?”.

“Kapan kita bisa pergi ?Kedengarannya tempat itu cocok untukku,” Kata George.

Norman menjawab , “Jika demikian, saya akan dengan senang hati mengajakmu ke pemakaman Woodlawn karena setahu saya satu-satunya orang yang tidak punya masalah adalah orang mati.”


Moral Cerita:

Setiap orang pasti mempunyai masalah. Masalah merupakan suatu proses untuk kematangan iman dan pendewasaan diri. Itu sebabnya Norman tidak menganggap masalah sebagai sesuatu yang negatif dan harus dihilangkan dengan segera, melainkan merupakan tanda kehidupan. Bersyukurlah jika Allah mengijinkan kita mengalami masalah dan percayalah bahwa masalah itu tidak pernah melewati batas kekuatan kita. Bahkan Ken Blanchard mengatakan, anadai Anda merasa Anda tidak memiliki masalah, berlututlah dan berdoa, “Apa yang terjadi, Tuhan ?apakah Engkau tidak mempercayaiku? Berilah aku masalah.”

Kata Bijak Hari ini:
Emas ditempa dalam api yang sangat panas. (Peribahasa Latin)

Tuesday, December 22, 2009

APAKAH GUBUKMU TERBAKAR?

Tersebutlah sebuah kapal layar yang karam dihantam ombak yang besar. Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal tersebut terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelematkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, and untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya.

Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis.

Pagi-pagi ke esokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.

"Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.


Renungan:

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tsb.

Kata Bijak Hari ini:
Every cloud has a silver line! - (English Proverb)

Monday, November 30, 2009

Kesempatan Dalam Kehidupan

Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”

Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan memakannya segera.


Renungan:

Teman, memang selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.

Sahabat, tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai ketakutan, keraguan dan kebimbangan, menghentikan langkah kita.


Kata Bijak Hari ini:

“Bukalah setiap pintu kesempatan yang datang mengetuk, sebab, siapa tahu, pintu itu tak mengetuk dua kali.” (Hilman, Lupus I)

Wednesday, November 25, 2009

Berapa Nilai Diri Anda?

Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kakek tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:

“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”

Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.

“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”

Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan.

Moral Cerita:
Apa yang bisa kita pelajari dari cerita sederhana di atas? Kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu yaitu apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu. Kenapa? Karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000

Sahabat, seringkali dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa disepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.

Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau "akan terjadi", kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Tuhan. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf. Kita tetap sangat berharga di mata-Nya.

Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. Seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.

Sahabat, akhlak dan tindakan kita adalah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.

Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang dibenci.

Kata Bijak Hari ini:
Tuhan memberikan kita dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk berbicara supaya kita lebih banyak mendengarkan dan menciptakan keseimbangan dengan sesama kita.

Wednesday, November 18, 2009

PENCURI IMPIAN

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-2nya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepuk tangan kepadanya.

Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari.

Si gadis muda bertanya,
"Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya".

"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit",jawab sang pakar.

Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan.

Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut.

Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar.Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.

Si ibu bertanya,

"Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun ?".

"Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-2 berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar.

"Ini tidak adil", seru si ibu muda.
>
"Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!".

Si pakar menjawab lagi dengan tenang,

"Tidak ....Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya.Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk
mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa ANDA MESTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA."

"Lalu pujian ? Kamu mengharapkan pujian ? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. PUJIAN ITU SEPERTI PEDANG BERMATA DUA. ADA KALANYA MEMOTIVASIMU, BISA PULA MELEMAHKANMU. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar PUJIAN YANG DIBERIKAN PADA SAAT SESEORANG SEDANG BERTUMBUH, HANYA AKAN MEMBUAT DIRINYA PUAS DAN PERTUMBUHANNYA BERHENTI. SAYA JUSTRU LEBIH SUKA MENGACUHKANMU, AGAR HAL ITU BISA MELECUTMU BERTUMBUH LEBIH CEPAT LAGI."

"Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. TIDAK PANTAS ANDA MEMINTA PUJIAN DARI ORANG LAIN. Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia. MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA ...".


Kata Bijak Hari ini:

Anda bertanggung jawab atas seluruh sukses dan masa depan Anda!

Tuesday, November 17, 2009

Saatnya Ambil Resiko

Saat anda mengambil resiko, ada kemungkinan sangat nyata akan terjadinya kegagalan. Tetapi bila anda tidak mengambil resiko, anda sudah pasti gagal.

Memang, beberapa resiko tidak layak ditempuh, TAPI menghindari semua resiko, sama saja dengan menghindari hidup. Bangun pagi mengandung resiko. Pergi ke pasar mengandung resiko. Berkenalan mengandung resiko. Namun semua resiko ini masih cukup bernilai untuk ditempuh, karena resiko-resiko demikian mengikutkan imbalan yang berharga.

Mungkin anda akan mengambil suatu resiko, dan gagal. Tapi itu bukan alasan untuk berhenti mengambil resiko. Belajarlah dari pengalaman dan maju terus. Waktu, kesempatan, dan sumber daya anda akan membusuk serta terbuang percuma bila anda digiring terus pada rasa takut kehilangan waktu dan kesempatan. Resiko terbesar adalah saat anda tidak berani ambil resiko.

Gunakan apa yang anda punya. Jangan biarkan takut akan resiko menjadi penyebab terbesar kegagalan anda. Hitung kembali. Ambil resiko, dan raihlah imbalan yang tersimpan di dalamnya.

Kata Bijak Hari Ini:
Perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah. (Peribahasa China)

Monday, November 9, 2009

Putuskan Benang Itu!

Ada kisah nyata tentang seekor gajah. Sejak kecil ia sudah dirantai kakinya dengan seutas rantai sepanjang 4 meter. Suatu hari rantai itu diganti dengan seutas benang. Tahukah Anda apa yang terjadi kemudian?

Gajah itu tetap saja berkeliling dan tidak berani melangkah keluar dari area lingkaran 4 meter tersebut! Dalam pikirannya rantai besi tersebut masih membelenggu kakinya untuk melangkah bebas. Padahal kemerdekaan sejati menanti tidak jauh dari 4 meter di luar lingkaran itu!

Moral Cerita:


Seperti halnya pikiran gajah tersebut, Anda pun tanpa disadari memiliki 'keterbelengguan' dengan seutas tali yang mengikat diri Anda!

Anda tidak berani keluar dari zona yang dianggap nyaman. Meski sesungguhnya,
Anda bisa melakukan banyak hal hebat lebih dari yang diperkirakan sebelumnya!

Mari jujur pada diri sendiri, berapa banyak kesempatan yang sebenarnya hadir, melintas di depan Anda, namun Anda tidak mempedulikannya?

Anda mungkin menganggap peluang itu 'terlalu tinggi' untuk diraih dan merasa tidak pantas berada disana. Atau mungkin Anda malah merasa tidak mampu untuk melakukan hal itu padahal sama sekali belum pernah mencobanya?

Kita semua tahu, segala hal yang menurut kita 'begitu hebat', seringkali tidak selalu seperti yang kita bayangkan.

Atau hal yang Anda anggap sulit kadang sebenarnya sangat gampang!

Hanya ada dua pilihan dalam hal ini :

1. Anda akan bisa jika Anda berpikir bisa
2. Anda akan gagal jika Anda berpikir gagal

Jadi jangan menyalahkan siapapun jika kesuksesan belum menghampiri diri Anda.
Sebab, faktor utamanya terletak pada diri Anda sendiri.

Oleh sebab itu, perhatikan dengan seksama, dan tanya pada diri sendiri, adakah seutas benang yang telah membelenggu diri Anda selama ini?

Jika ya, maka segeralah untuk putuskan benang itu!


Cobalah bergerak maju dari lingkaran yang selama ini Anda buat dan telah
membelenggu diri Anda sendiri!

Peluang itu sebenarnya selalu hadir kapan saja. Namun, karena Anda selalu
saja menutup mata, telinga, dan pikiran Anda, maka peluang itu akan terlewat
begitu saja!

Jika Anda masih saja ragu untuk melangkah, cobalah untuk melatihnya sedikit demi sedikit. Dan jika Anda sudah yakin, maka segeralah berlari cepat, keluar dari keterbelengguan Anda.

Jika sudah seperti ini, maka siapa lagi yang diuntungkan, jika bukan Anda
sendiri?


Kta Bijak Hari ini:

"Seutas benang itu sesungguhnya hanya ada dalam pikiran Anda!"

Friday, November 6, 2009

KATA-KATA KEHIDUPAN

Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan. Malangnya, dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut, mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati. Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja. Dia bahkan berusaha lebih kencang dan akhirnya berhasil.

Akhirnya, dengan sebuah lompatan yang kencang, dia berhasil sampai di atas. Kodok lainnya takjub dengan semangat kodok yang satu ini, dan bertanya "Apa kau tidak mendengar teriakan kami?" Lalu kodok itu (dengan membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia tuli. Tanpa sepengetahuan mereka sadar bahwa saat di bawah tadi mereka dianggap telah memberikan semangat kepada kodok tersebut.


Moral Cerita:

Kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kata-kata positif yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari.

Sebaliknya, kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan.

Suarakan 'kata-kata kehidupan' kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa 'kata-kata kehidupan' itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan.
Semua orang dapat mengeluarkan 'kata-kata kehidupan' untuk membuat rekan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnya bangkit dari keputus-asaanya, kejatuhannya, kemalangannya.

Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan spirit bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh.

Wednesday, November 4, 2009

Asahlah Mata Kapak Anda!

Suatu ketika seorang penebang kayu yang kekar melamar pekerjaan di tempat penebangan kayu. Upah yang diterima sangat memuaskan begitu juga dengan suasana kerjanya. Makanya sang penebang kayu bekerja sekuat yang bisa dilakukan untuk membalas fasilitas yang diterimanya.

Atasannya memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area tempatnya bekerja.

Pada hari pertama dia berhasil menebang 18 pohon.

Selamat,” kata atasannya. “Pertahankan prestasi kerja Anda!

Termotivasi dengan pujian atasannya, sang penebang kayu bekerja lebih keras lagi keesokan harinya tapi hanya mampu menebang 15 batang pohon. Pada hari ketiga dia mencoba lebih keras lagihanya berhasil menebang 10 batang saja. Semakin hari semakin sedikit hasil tebangan yang diperolehnya.

“Sepertinya saya telah kehilangan kekuatan saya,” pikirnya. Kemudian dia mendatangi atasannya dan minta maaf sambil menceritakan bahwa dia tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi.

“Kapan terakhir kali Anda mengasah kapak Anda?” tanya atasannya.

“Mengasah kapak? Sejujurnya saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak saya. Saya sangat sibuk berusaha menebang pohon…”


Kata Bijak Hari ini:
"Kekuatan ilmiah kita menggerakan kekuatan spiritual kita. Tugas kita adalah mengarahkan senjata ke sasaran yang tepat dan tidak menyesatkan sesama. " - Dr. Martin Luther

Tuesday, November 3, 2009

IMPIAN MASA KECIL

Suatu kali seorang anak laki-laki berkata kepada Tuhan, "Saya telah berpikir
dan saya tahu apa yang saya inginkan pada saat saya menjadi pria dewasa
nanti." Dia mulai memberikan daftarnya kepada Tuhan: Tinggal di rumah besar
dengan dua anjing Saint Bernard dan sebuah kebun.menikah dengan seorang
wanita cantik, jangkung dan bermata biru.memiliki tiga anak laki-laki -
seorang akan menjadi senator, seorang ilmuwan, dan seorang pemain football
gelandang belakang. Dia juga ingin menjadi seorang penjelajah yang mendaki
gunung-gunung yang tinggi.. dan mengemudikan mobil Ferrari merah.

Suatu ketika, anak tersebut mendapatkan cedera lutut saat bermain football.
Dia tidak lagi dapat memanjat pohon, apalagi gunung. Dia menikah dengan
wanita yang cantik dan baik hati, namun bertubuh pendek dan bermata coklat.
Karena bisnisnya, dia tinggal di sebuah apartemen di kota, berpergian
dengan taksi dan kereta api bawah tanah. Dia memiliki tiga anak perempuan,
dan mereka memelihara seekor kucing yang berbulu halus. Salah seorang anak menjadi
perawat, seorang menjadi seniman dan yang ketiga menjadi guru musik.

Suatu pagi pria itu terbangun dan teringat akan mimpi masa kecilnya. Dia
menjadi depresi, begitu depresi sehingga dia sakit parah. Saat mendekati
kematiannya karena hati yang hancur, dia berseru kepada Tuhan, "Apakah
Engkau ingat ketika aku muda dan mengutarakan kepada-Mu segala keinginanku
? Mengapa tak Kauberikan semua itu ?

"Seharusnya Aku dapat memberimu, " jawab Tuhan, "Namun Aku ingin membuatmu
bahagia."

Ingat, Tuhan ingin yang terbaik bagi kita. Percayalah padaNya dengan segenap
hatimu - Dia adalah ahli bedah hati yang sejati.

Kisah Duri Mawar


Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini."

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

Moral Cerita:

Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk "menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.

Jika kita bisa menemukan "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.

Monday, November 2, 2009

Selalu Ada Tetesan setelah Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.

Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung.

Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.

Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".

"Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku."


Kata Bijak Hari ini:

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak.
Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki tujuan yang cukup kuat untuk mencapai hal tersebut.

JADILAH SEEKOR ELANG

Tidak ada seorang pun yang dapat membuatmu melayani pelanggan dengan lebih baik. Itu karena pelayanan yang baik adalah sebuah PILIHAN. Harvey Mackay, menceritakan sebuah kisah tentang seorang pengemudi taksi yang membuktikan hal ini.

Suatu hari ia sedang mengantri menunggu taksi di sebuah airport. Ketika sebuah taksi mendekat hal pertama yang ia perhatikan adalah keadaan taksi tersebut yang tampak sudah digosok hingga mengkilap. Pengemudi taksi yang terlihat sangat rapi dalam kemeja putih, dasi hitam dan celana panjang hitam tersebut keluar dan memutari taksi tersebut untuk membukakan pintu untuk Harvey. Dia memberi temanku sebuah kartu yang telah dilaminating dan berkata: "Saya Wally, supir anda. Selagi saya memasukan barang-barang anda ke bagasi, saya harap anda bersedia untuk membaca pernyataan misi saya."

Harvey mengambil dan membaca kartu tersebut. Di sana tertulis: Pernyataan Misi Wally: "Untuk mengantarkan penumpang saya ke tempat tujuan mereka dengan cara tercepat, teraman, dan termurah dalam lingkungan yang bersahabat". Hal ini sempat membuat Harvey terkejut. Terutama ketika ia menyadari bahwa keadaan di dalam taksi tersebut persis sama dengan tampak luarnya. Bersih tanpa noda!

Sambil mengemudi, Wally berkata, "Apakah anda mau segelas kopi? Saya memiliki satu thermos kopi biasa dan satu decaf." Sambil bercanda teman saya berkata, "Tidak, saya lebih memilih soft drink." Wally tersenyum dan berkata, "Tidak masalah. Saya memiliki pendingin yang berisi Cola, Diet Cola, air, dan jus jeruk."

Harvey berkata dengan hampir tergagap, "Baiklah saya akan mengambil Diet Cola." Sambil memberikan minuman kepada Harvey, Wally berkata, "Bila anda membutuhkan bacaan, saya punya Wall Street journal, Time, Sport illustration dan USA Today." Sambil menepi, Wally menawarkan teman saya sebuah kartu berlaminating yang lain. "Ini adalah beberapa daftar stasiun radio dan musik yang dimainkannya yang dapat diputar disini bila anda berkenan mendengarkan radio."

Dan seakan semua itu tidak cukup, Wally memberitahu Harvey bahwa AC telah dinyalakan dan bertanya apakah suhunya sudah cukup nyaman untuknya. Kemudian ia menyarankan rute terbaik menuju tempat tujuannya di waktu seperti saat itu. Dia juga berkata bahwa ia akan sangat senang untuk mengobrol atau menceritakan tentang beberapa pemandangan, atau jika Harvey lebih memilih untuk dibiarkan sendiri.

"Wally, tolong beri tahu saya," dengan kagum teman saya bertanya kepada pengemudi tersebut, "Apakah anda selalu melayani setiap penumpang seperti ini?"

Wally tersenyum melalui kaca spion depan. "Tidak, tidak selalu, malahan hal ini baru saya lakukan dua tahun belakangan ini. Selama lima tahun pertama saya mengemudikan taksi, saya menghabiskan sebagian besar waktu saya untuk mengeluh sebagaimana yang dilakukan kebanyak pengemudi taksi. Hingga suatu hari saya mendengar guru pengembangan pribadi, Wayne Dyer, di radio. Dia baru saja menulis sebuah buku berjudul 'Anda akan Melihatnya Ketika Anda Mempercayainya' ."

"Dyer berkata bila kamu bangun di pagi hari dan mengharapkan hari yang baik, namun kamu sering mengeluh dan bersikap negatif terhadap setiap keadaan. Maka kamu akan mendapati hari-hari yg buruk."

"Dia berkata, 'Berhentilah mengeluh! Buatlah dirimu berbeda dalam kompetisi. Jangan menjadi seekor bebek. Jadilah seekor Elang.' Bebek terbiasa mengeluh sedangkan elang terbang tinggi di angkasa dengan penuh kedamaian dan kemenangan."

Thursday, July 30, 2009

The Legacy

When my husband, Bob, died very suddenly in January 1994, I received condolences from people I hadn't heard from in years: letters, cards, flowers, calls, visits. I was overwhelmed with grief, yet uplifted by this outpouring of love from family, friends and even mere acquaintances.

One message touched me profoundly. I received a letter from my best friend from sixth grade through high school. We had drifted somewhat since graduation in 1949, as she stayed in our home town and I had not. But it was the kind of friendship that could quickly resume even if we lost touch for five or ten years.

Her husband, Pete, had died perhaps 20 years ago at a young age, leaving her with deep sorrow and heavy responsibilities: finding a job and raising three young children. She and Pete, like Bob and I, had shared one of those rare, close, "love-of- your-life-you-can-never-forget" relationships.

In her letter she shared an anecdote about my mother (now long deceased). She wrote, "When Pete died, your dear mother hugged me and said, 'Trudy, I don't know what to say . . so I'll just say I love you.'"

She closed her letter to me repeating my mother's words of so long ago, "Bonnie, I don't know what to say . . . so I'll just say I love you."

I felt I could almost hear my mother speaking to me now. What a powerful message of sympathy! How dear of my friend to cherish it all those years and then pass it on to me. I love you. Perfect words. A gift. A legacy.

Bonnie J. Thomas
"A Cup of Chicken Soup for the Soul"
Editor: Jack Canfield, Mark Victor Hansen & Barry Spilchuk


Wisdom of this day:
Whether you think you can or whether you think you can't, you're right! -Henry Ford

Nothing but the Truth!

David Casstevens of the Dallas Morning News tells a story about Frank Szymanski, a Notre Dame center in the 1940s, who had been called as a witness in a civil suit at South Bend.

"Are you on the Notre Dame football team this year?" the judge asked.

"Yes, Your Honor."

"What position?"

"Center, Your Honor."

"How good a center?"

Szymanski squirmed in his seat, but said firmly: "Sir, I'm the best center Notre Dame has ever had."

Coach Frank Leahy, who was in the courtroom, was surprised. Szymanski always had been modest and unassuming. So when the proceedings were over, he took Szymanski aside and asked why he had made such a statement. Szymanski blushed.

"I hated to do it, Coach," he said. "But, after all, I was under oath."

David Casstevens
"Condensed Chicken Soup for the Soul"
Editor: Jack Canfield, Mark Victor Hansen & Patty Hansen

The Waste in Worry

If we were to keep a record of all the things we worried about during a given period of time, we would discover, in reviewing them, that the great majority of our anticipated problems or troubles never come to pass. This means that most of the time we devote to worrying, even the constructive kind that prompts us to try to come up with a solution to what is troubling us, is wasted. Thus, we not only caused ourselves unnecessary mental anguish, but also took up valuable minutes and hours that could have been spent elsewhere.

To avoid this, it is often necessary to subject potential sources of worry to the coldly objective and analytical light of reason. Once, sortly before a major concert before a standing-room-only audience, a member of Arturo Toscanini's orchestra approached the great Italian conductor with an expression of sheer terror on his face. "Maestro," the musician fretted, "my instrument is not working properly. I cannot reach the note of E-flat. Whatever will I do? We are to begin in a few moments."

Toscanini looked at the man with utter amazement. Then he smiled kindly and placed an arm around his shoulders. "My friend," the maestro replied, "Do not worry about it. The note E-flat does not appear anywhere in the music that you will be playing this evening."

The next time we find ourselves in the middle of worrying about some matter, we might be wise to stop and ask ourselves what the odds are of the problem really coming to pass. We may be able to go on to something more constructive.

A Room With a View

Two men, both seriously ill, occupied the same hospital room. One man was allowed to sit up in his bed for an hour each afternoon to help drain the fluid from his lungs. His bed was next to the room's only window. The other man had to spend all his time flat on his back. The men talked for hours on end. They spoke of their wives and families, their homes, their jobs, their involvement in the military service, where they had been on vacation. And every afternoon when the man in the bed by the window could sit up, he would pass the time by describing to his roommate all the things he could see outside the window. The man in the other bed began to live for those one-hour periods where his world would be broadened and enlivened by all the activity and color of the world outside.

The window overlooked a park with a lovely lake. Ducks and swans played on the water while children sailed their model boats. Young lovers walked arm in arm amidst flowers of every color of the rainbow. Grand old trees graced the landscape, and a fine view of the city skyline could be seen in the distance. As the man by the window described all this in exquisite detail, the man on the other side of the room would close his eyes and imagine the picturesque scene.

One warm afternoon the man by the window described a parade passing by. Although the other man couldn't hear the band - he could see it in his mind's eye as the gentleman by the window portrayed it with descriptive words. Days and weeks passed. One morning, the day nurse arrived to bring water for their baths only to find the lifeless body of the man by the window, who had died peacefully in his sleep. She was saddened and called the hospital attendants to take the body away.

As soon as it seemed appropriate, the other man asked if he could be moved next to the window. The nurse was happy to make the switch, and after making sure he was comfortable, she left him alone. Slowly, painfully, he propped himself up on one elbow to take his first look at the world outside. Finally, he would have the joy of seeing it for himself. He strained to slowly turn to look out the window beside the bed. It faced a blank wall.

The man asked the nurse what could have compelled his deceased roommate who had described such wonderful things outside this window. The nurse responded that the man was blind and could not even see the wall. She said, "Perhaps he just wanted to encourage you."

Epilogue...
There is tremendous happiness in making others happy, despite our own situations. Shared grief is half the sorrow, but happiness when shared, is doubled. If you want to feel rich, just count all of the things you have that money can't buy.


Wisdom if this day:
The words printed here are concepts. You must go through the experiences. -Carl Frederick

Tuesday, July 28, 2009

Learning to Get Back Up

Bringing a giraffe into the world is a tall order. A baby giraffe falls 10 feet from its mother's womb and usually lands on its back. Within seconds it rolls over and tucks its legs under its body. From this position it considers the world for the first time and shakes off the last vestiges of the birthing fluid from its eyes and ears. Then the mother giraffe rudely introduces its offspring to the reality of life.

In his book, A View from the Zoo, Gary Richmond describes how a newborn giraffe learns its first lesson.

The mother giraffe lowers her head long enough to take a quick look. Then she positions herself directly over her calf. She waits for about a minute, and then she does the most unreasonable thing. She swings her long, pendulous leg outward and kicks her baby, so that it is sent sprawling head over heels.

When it doesn't get up, the violent process is repeated over and over again. The struggle to rise is momentous. As the baby calf grows tired, the mother kicks it again to stimulate its efforts. Finally, the calf stands for the first time on its wobbly legs.

Then the mother giraffe does the most remarkable thing. She kicks it off its feet again. Why? She wants it to remember how it got up. In the wild, baby giraffes must be able to get up as quickly as possible to stay with the herd, where there is safety. Lions, hyenas, leopards, and wild hunting dogs all enjoy young giraffes, and they'd get it too, if the mother didn't teach her calf to get up quickly and get with it.

The late Irving Stone understood this. He spent a lifetime studying greatness, writing novelized biographies of such men as Michelangelo, Vincent van Gogh, Sigmund Freud, and Charles Darwin.

Stone was once asked if he had found a thread that runs through the lives of all these exceptional people. He said, "I write about people who sometime in their life have a vision or dream of something that should be accomplished and they go to work.

"They are beaten over the head, knocked down, vilified, and for years they get nowhere. But every time they're knocked down they stand up. You cannot destroy these people. And at the end of their lives they've accomplished some modest part of what they set out to do."

Monday, July 27, 2009

Ants and the Grasshopper, The

The Ants were spending a fine winter's day drying grain collected in the summertime. A Grasshopper, perishing with famine, passed by and earnestly begged for a little food.

The Ants inquired of him, "Why did you not treasure up food during the summer?'

He replied, "I had not leisure enough. I passed the days in singing."

They then said in derision: "If you were foolish enough to sing all the summer, you must dance supperless to bed in the winter."

Wisdom of this day:
If we are weak to this life then it become hard to us. But if we are hard to life then it depends on us.


::Join with the way to grow rich NOW!

Thursday, July 23, 2009

Penting Untuk Para Wanita! Siapkan Dana Pengsiun Anda


Terkadang para wanita tidak begitu memikirkan mengenai dana pengsiun karena rata-rata wanita menaruh harapannya pada pria yang akan atau sudah menjadi suaminya. Namun sebenarnya mempersiapkan dana pengsiun pribadi sangat penting bagi para wanita. Beberapa fakta yang perlu Anda ketahui berkaitan dengan hal ini adalah:

- 80% pria meninggal dalam keadaan masih memiliki pasangan, sedangkan 80% wanita meninggal dalam keadaan single hal ini dikarenakan rata-rata pria meninggal lebih dahulu dari pada istrinya.
- Selain itu, 75% wanita yang hidup dalam kemiskinan saat ini pernah mengalami masa kemakmuran sebelum dia menjadi seorang janda.
- Menurut survey di Amerika pada tahun 2005, para wanita akan menerima 84 sen dari tiap dolar yang dihasilkan oleh para pria.
- Penghasilan wanita yang telah menikah lebih rendah dari pada wanita single karena wanita menikah lebih banyak mengambil tanggung jawab dalam keluarga.
- Kebanyakan wanita berhenti bekerja atau mengurangi jam kerjanya ketika memiliki anak kecil, itu artinya dia kehilangan dana pengsiunnya yang dipersiapkan oleh perusahaan.
- Tidak banyak wanita yang menjadi wirausahawan, atau memiliki pekerjaan sambilan yang akhirnya membuatnya hanya memiliki sedikit uang tabungan.

Jadi berdasarkan fakta diatas, wanita yang single pada masa tuanya atau dikarenakan menjanda lebih rentan mengalami kemiskinan. Jadi, sebagai wanita Anda perlu mempersiapkan masa-masa yang tidak diduga itu pada tahun-tahun keemasan Anda dimana Anda memiliki penghasilan sendiri.

Jadi untuk Anda yang saat ini masih single, sudah menikah atau bahkan sudah menjadi janda, bisnis women ataupun seorang ibu yang tinggal dirumah untuk mengurus anak-anak, ambil tanggung jawab atas masa depan Anda sendiri, milikilah dana pengsiun mulai hari ini. Dana pengsiun yang akan Anda terima nanti, ditentukan oleh seberapa besar Anda menabung hari ini. Untuk itu jangan tunda lagi.

Temukan persiapan dana pensiun Anda di sini

Wednesday, July 22, 2009

Secret of an Efficient Secretary, The


Arnold Bennett, the British novelist, had a publisher who boasted about the extraordinary efficiency of his secretary. One day while visiting the publisher's office, Bennett asked her: "Your boss claims you're extremely efficient. What's your secret?"

"It's not my secret," said the secretary, "it's his." Each time she did something for him, no matter how insignificant, she explained, he never failed to acknowledge and appreciate it. Because of this, she took infinite pains with her work.

Wisdom of this day:
"We are all born charming, fresh, and spontaneous and must be civilized before we are fit to participate in society." - Judith Martin

Most Important Question, The


During my second month of nursing school, our professor gave us a pop quiz. I was a conscientious student and had breezed through the questions, until I read the last one: "What is the first name of the woman who cleans the school?"

Surely this was some kind of joke. I had seen the cleaning woman several times. She was tall, dark-haired and in her 50s, but how would I know her name? I handed in my paper, leaving the last question blank. Before class ended, one student asked if the last question would count toward our quiz grade.

"Absolutely," said the professor. "In your careers you will meet many people. All are significant. They deserve your attention and care, even if all you do is smile and say hello".

I've never forgotten that lesson. I also learned her name was Dorothy.

Maintain Your Integrity


A while back, there was a story about Reuben Gonzolas, who was in the final match of his first professional racquetball tournament. He was playing the perennial champion for his first shot at a victory on the pro circuit. At match point in the fifth and final game, Gonzolas made a super "kill shot" into the front corner to win the tournament. The referee called it good, and one of the linemen confirmed the shot was a winner.

But after a moment's hesitation, Gonzolas turned and declared that his shot had skipped into the wall, hitting the floor first. As a result, the serve went to his opponent, who went on to win the match.

Reuben Gonzolas walked off the court; everyone was stunned. The next issue of a leading racquetball magazine featured Gonzolas on its cover. The lead editorial searched and questioned for an explanation for the first ever occurrence on the professional racquetball circuit. Who could ever imagine it in any sport or endeavor? Here was a player with everything officially in his favor, with victory in his grasp, who disqualifies himself at match point and loses.

When asked why he did it, Gonzolas replied, "It was the only thing I could do to maintain my integrity."

Wisdom of this day:
"Men and nations behave wisely once they have exhausted all the other alternatives."
- Abba Eban

Admitting Flaws


In the mid-1980's researchers at Cleveland State University made a startling discovery.

They conducted an experiment by creating two fictitious job candidates David and John. The candidates had identical resumes and letters of reference. The only difference was that John's letter included the sentence "Sometimes, John can be difficult to get along with". They showed the resumes to a number of personnel directors. Which candidate did the personnel directors overwhelmingly prefer? Difficult to get along with, John.

The researchers concluded the criticism of John made praise of John more believable. Admitting John's wart actually helped sell John. Admitting flaws gives you more credibility. A key to selling.

Wisdom of this day:
"A day without laughter is a day wasted." - Charlie Chaplin

Just Do It


Author Elbert Hubbard told the story of an incident during the Spanish-American War. It was imperative that the president get a message to the leader of the insurgents. His name was Garcia and he was known to fighting somewhere in the mountains of Cuba, but no mail or telegraph could reach him. Someone said, "There's a fellow by the name of Rowan who will find Garcia for you if anybody can."

Rowan took the letter without hesitation. He sealed it in a leather pouch strapped over his heart. He landed in the dark of night off the coast of Cuba and make his way to the mountains, and after much difficulty, found Garcia. He handed him the letter, turned around and headed home. Hubbard tells this story in "A Letter to Garcia." Rowan didn't ask, "Exactly where is he?" or "I doubt if I can do it." There was a job to be done and he did it.

Instead of making a dozen excuses why you can't complete the task, think about Rowan. Deliver the goods!

Wisdom of this day:
"This is the day that the Lord has made; let us rejoice and be glad in it."
- Psalm 118:24

Five Short Chapters on Change


Chapter 1.
I walk down a street and there's a deep hole in the sidewalk. I fall in. It takes forever to get out. It's my fault.

Chapter 2.
I walk down the same street. I fall in the hole again. It still takes a long time to get out. It's not my fault.

Chapter 3.
I walk down the same street. I fall in the hole again. It's becoming a habit. It is my fault. I get out immediately.

Chapter 4.
I walk down the same street and see the deep hole in the sidewalk. I walk around it.

Chapter 5.
I walk down a different street.

Butterfly Insights


A marvelous lesson appeared for me just now as I was exiting thru the garage, to come to this little playplace they call an office.

As I opened the garage door, I startled a large moth, which, upon spreading it's wings, displayed a bright red "tail" hidden by the motley brown wings, more a "butterfly" than a moth.

It flew immediately to its perceived escape, the circle-topped window where it frantically tried to exit thru the invisible wall of closed glass.

I raised the third-car garage door in hopes of aiding it's escape. That caused it to fly higher and higher and become entangled in a spider web. Fearful that it would remain entangled in the web, I selected a long-handled broom to assist him escaping the tangled threads.

At this, he returned to furiously pumping his wings and banging into the glass, which was, in his perspective, the pathway of escape, but remained his cage.

By simply turning his focus to one side, he would have easily exited his prison. Rather, due to his intent on one direction, he remained confined, captive.


Wisdom of this day:
"Sometimes your joy is the source of your smile, but sometimes your smile can be the source of your joy." - Thich Nhat Hanh

The Butterfly


A man found a cocoon for a butterfly. One day a small opening appeared, he sat and watched the butterfly for several hours as it struggled to force its body through the little hole.

Then it seemed to stop making any progress. It appeared as if it had gotten as far as it could and could go no farther. Then the man decided to help the butterfly.

He took a pair of scissors and snipped the remaining bit of the cocoon. The butterfly then emerged easily.

Something was strange. The butterfly had a swollen body and shriveled wings. The man continued to watch the butterfly because he expected at any moment, the wings would enlarge and expand to be able to support the body, which would contract in time.

Neither happened. In fact, the butterfly spent the rest of its life crawling around with a swollen body and deformed wings. It was never able to fly.

What the man in his kindness and haste did not understand, was that the restricting cocoon and the struggle required for the butterfly to get through the small opening of the cocoon are God's way of forcing fluid from the body of the butterfly into its wings so that it would be ready for flight once it achieved its freedom from the cocoon.

If God allowed us to go through all our life without any obstacles, that would cripple us. We would not be as strong as what we could have been.

Not only that, we could never fly.


Wisdom of this day:
Sometimes struggles are exactly what we need in our life.

Friday, July 17, 2009

Itu Bukan Tugas Saya!

Ini adalah kisah tentang empat orang bernama Setiap Orang, Seseorang, Tak Seorangpun dan Tidak Ada Orang.

Suatu ketika ada sebuah tugas penting yang harus dikerjakan dan Setiap Orang memastikan bahwa Seseorang akan melakukannya. Tak Seorangpun telah melakukannya karena Tidak Ada Orang yang bisa melakukan tugas itu. Seseorang menjadi marah karenanya sebab itu adalah tugas Setiap Orang. Setiap Orang berpikir bahwa Tak Seorangpun dapat melakukannya karena Tidak Ada Orang menyadari bahwa Setiap Orang tidak dapat melakukannya.

Akhirnya Setiap Orang memarahi Seseorang karena Tidak Seorangpun melakukan apa yang Tidak Ada Orang dapat melakukannya.

Kata Bijak Hari ini:
Berbahagialah. Karena itu adalah salah satu cara menjadi bijak. - Colline

Wednesday, July 15, 2009

Busy


Once upon a time a very strong woodcutter ask for a job in a timber merchant, and he got it. The paid was really good and so were the work conditions. For that reason, the woodcutter was determined to do his best.

His boss gave him an axe and showed him the area where he was supposed to work.

The first day, the woodcutter brought 18 trees

"Congratulations," the boss said. "Go on that way!"

Very motivated for the boss’ words, the woodcutter try harder the next day, but he only could bring 15 trees. The third day he try even harder, but he only could bring 10 trees.Day after day he was bringing less and less trees.

"I must be losing my strength", the woodcutter thought. He went to the boss and apologized, saying that he could not understand what was going on.

"When was the last time you sharpened your axe?" the boss asked.

"Sharpen? I had no time to sharpen my axe. I have been very busy trying to cut trees..."

by: Stephen Covey, 7 Habits of Highly Effective People

Wisdom of the day:
"Our scientific power has outrun our spiritual power. We have guided missiles and misguided men."
- Dr. Martin Luther King, Jr.

Working Towards What You Already Have


The American investment banker was at the pier of a small coastal Mexican village when a small boat with just one fisherman docked. Inside the small boat were several large yellow fin tuna. The American complimented the Mexican on the quality of his fish and asked how long it took to catch them.

The Mexican replied, "Only a little while."

The American then asked, "Why didn't you stay out longer and catch more fish?"

The Mexican said, "With this I have more than enough to support my family's needs."

The American then asked, "But what do you do with the rest of your time?"

The Mexican fisherman said, "I sleep late, fish a little, play with my children, take siesta with my wife, Maria, stroll into the village each evening where I sip wine and play guitar with my amigos, I have a full and busy life."

The American scoffed, "I am a Harvard MBA and could help you. You should spend more time fishing; and with the proceeds, buy a bigger boat: With the proceeds from the bigger boat you could buy several boats. Eventually you would have a fleet of fishing boats. Instead of selling your catch to a middleman you would sell directly to the processor; eventually opening your own cannery. You would control the product, processing and distribution. You would need to leave this small coastal fishing village and move to Mexico City, then Los Angeles and eventually New York where you will run your ever- expanding enterprise."

The Mexican fisherman asked, "But, how long will this all take?"

To which the American replied, "15 to 20 years."

"But what then?" asked the Mexican.

The American laughed and said that's the best part. "When the time is right you would announce an IPO and sell your company stock to the public and become very rich, you would make millions."

"Millions?...Then what?"

The American said, "Then you would retire. Move to a small coastal fishing village where you would sleep late, fish a little, play with your kids, take siesta with your wife, stroll to the village in the evenings where you could sip wine and play your guitar with your amigos."

Wisdom of the day:
"Look at everything as though you were seeing it either for the first or last time. Then your time on earth will be filled with glory." - Betty Smith

A Simple Gesture


Mark was walking home from school one day when he noticed the boy ahead of him had tripped and dropped all of the books he was carrying, along with two sweaters, a baseball bat, a glove and a small tape recorder. Mark knelt down and helped the boy pick up the scattered articles. Since they were going the same way, he helped to carry part of the burden. As they walked Mark discovered the boy's name was Bill, that he loved video games, baseball and history, and that he was having lots of trouble with his other subjects and that he had just broken up with his girlfriend. They arrived at Bill's home first and Mark was invited in for a Coke and to watch some television. The afternoon passed pleasantly with a few laughs and some shared small talk, then Mark went home. They continued to see each other around school, had lunch together once or twice, then both graduated from junior high school. They ended up in the same high school where they had brief contacts over the years. Finally the long awaited senior year came and three weeks before graduation, Bill asked Mark if they could talk.

Bill reminded him of the day years ago when they had first met. "Did you ever wonder why I was carrying so many things home that day?" asked Bill. "You see, I cleaned out my locker because I didn't want to leave a mess for anyone else. I had stored away some of my mothers sleeping pills and I was going home to commit suicide. But after we spent some time together talking and laughing, I realized that if I had killed myself, I would have missed that time and so many others that might follow. So you see, Mark, when you picked up those books that day, you did a lot more, you saved my life."

Wisdom of the day:
"Have courage for the great sorrows of life and patience for the small ones; and when you have laboriously accomplished your daily task, go to sleep in peace. God is awake."
- Victor Hugo

Shake It Off And Step Up


A parable is told of a farmer who owned an old mule. The mule fell into the farmer's well. The farmer heard the mule 'braying' - or - whatever mules do when they fall into wells. After carefully assessing the situation, the farmer sympathized with the mule, but decided that neither the mule nor the well was worth the trouble of saving. Instead, he called his neighbors together and told them what had happened...and enlisted them to help haul dirt to bury the old mule in the well and put him out of his misery.

Initially, the old mule was hysterical! But as the farmer and his neighbors continued shoveling and the dirt hit his back...a thought struck him. It suddenly dawned on him that every time a shovel load of dirt landed on his back...HE SHOULD SHAKE IT OFF AND STEP UP! This he did, blow after blow.

"Shake it off and step up...shake it off and step up...shake it off and step up!" he repeated to encourage himself. No matter how painful the blows, or distressing the situation seemed the old mule fought "panic" and just kept right on SHAKING IT OFF AND STEPPING UP!

You're right! It wasn't long before the old mule, battered and exhausted, STEPPED TRIUMPHANTLY OVER THE WALL OF THAT WELL! What seemed like it would bury him, actually blessed him...all because of the manner in which he handled his adversity.

THAT'S LIFE! If we face our problems and respond to them positively, and refuse to give in to panic, bitterness, or self-pity...THE ADVERSITIES THAT COME ALONG TO BURY US USUALLY HAVE WITHIN THEM THE POTENTIAL TO BENEFIT AND BLESS US! Remember that FORGIVENESS--FAITH--PRAYER-- PRAISE and HOPE...all are excellent ways to "SHAKE IT OFF AND STEP UP" out of the wells in which we find ourselves!

Wisdom of the day:
Do not let what you cannot do interfere with what you can do.
- John Wooden

A Room With a View


Two men, both seriously ill, occupied the same hospital room. One man was allowed to sit up in his bed for an hour each afternoon to help drain the fluid from his lungs. His bed was next to the room's only window. The other man had to spend all his time flat on his back. The men talked for hours on end. They spoke of their wives and families, their homes, their jobs, their involvement in the military service, where they had been on vacation. And every afternoon when the man in the bed by the window could sit up, he would pass the time by describing to his roommate all the things he could see outside the window. The man in the other bed began to live for those one-hour periods where his world would be broadened and enlivened by all the activity and color of the world outside.

The window overlooked a park with a lovely lake. Ducks and swans played on the water while children sailed their model boats. Young lovers walked arm in arm amidst flowers of every color of the rainbow. Grand old trees graced the landscape, and a fine view of the city skyline could be seen in the distance. As the man by the window described all this in exquisite detail, the man on the other side of the room would close his eyes and imagine the picturesque scene.

One warm afternoon the man by the window described a parade passing by. Although the other man couldn't hear the band - he could see it in his mind's eye as the gentleman by the window portrayed it with descriptive words. Days and weeks passed. One morning, the day nurse arrived to bring water for their baths only to find the lifeless body of the man by the window, who had died peacefully in his sleep. She was saddened and called the hospital attendants to take the body away.

As soon as it seemed appropriate, the other man asked if he could be moved next to the window. The nurse was happy to make the switch, and after making sure he was comfortable, she left him alone. Slowly, painfully, he propped himself up on one elbow to take his first look at the world outside. Finally, he would have the joy of seeing it for himself. He strained to slowly turn to look out the window beside the bed. It faced a blank wall.

The man asked the nurse what could have compelled his deceased roommate who had described such wonderful things outside this window. The nurse responded that the man was blind and could not even see the wall. She said, "Perhaps he just wanted to encourage you."

Epilogue...
There is tremendous happiness in making others happy, despite our own situations. Shared grief is half the sorrow, but happiness when shared, is doubled. If you want to feel rich, just count all of the things you have that money can't buy.

Wisdom of the day:
I have never heard anything about the resolutions of the apostles, but a good deal about their acts.
-Horace Mann

The Obstacle in Our Path


In ancient times, a king had a boulder placed on a roadway. Then he hid himself and watched to see if anyone would remove the huge rock. Some of the king's wealthiest merchants and courtiers came by and simply walked around it. Many loudly blamed the king for not keeping the roads clear, but none did anything about getting the big stone out of the way.

Then a peasant came along carrying a load of vegetables. On approaching the boulder, the peasant laid down his burden and tried to move the stone to the side of the road. After much pushing and straining, he finally succeeded. As the peasant picked up his load of vegetables, he noticed a purse lying in the road where the boulder had been. The purse contained many gold coins and a note from the king indicating that the gold was for the person who removed the boulder from the roadway. The peasant learned what many others never understand. Every obstacle presents an opportunity to improve one's condition.

Wisdom of the day:
"Ring the bell that still can ring, Forget your perfect offering. There is a crack in everything, That's how the light gets in." - Leonard Cohen

Friday, July 10, 2009

Tips Ampuh Menghapus Hutang Kartu Kredit


Berapa banyak orang yang saat ini hidupnya selalu was-was? Mereka yang was-was biasanya disebabkan karena hutang yang selalu melilit hidupnya. Orang-orang ini menjadi tidak berdaya dan merasa tidak memiliki harapan lagi.

Gaya hidup yang serba praktis yang dijalani mayoritas orang-orang perkotaan turut andil dalam kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan kartu kredit untuk pembayaran. Sebenarnya tidak ada yang salah menggunakan kartu kredit sebagai proses pembayaran transaksi Anda, hanya saja kepraktisan dan tawaran menarik ini bisa jadi "perangkap". Tidak sedikit orang yang akhirnya masuk dalam "perangkap" ini dan bergulat didalam yang namanya hutang.

Untuk itulah artikel ini dibuat agar Anda bisa mengetahui bagaimana keluar dari "perangkap" benda persegi panjang ini dan menata kembali kehidupan keuangan pribadi/keluarga Anda. Berikut tips-tipsnya:

1. Kenali Hutang Anda. Seseorang tidak akan pernah bisa keluar dari lilitan hutang kartu kredit apabila dirinya tidak pernah mengetahui berapa banyak hutang kartu kreditnya saat ini. Begitupun apabila Anda ingin keluar dari lilitan hutang kartu kredit. Intinya adalah lihat seberapa besar hutang kartu kredit yang harus Anda bayarkan, setelah itu buatlah target waktu kapan Anda akan melunasinya lengkap dengan besar uang yang harus Anda keluarkan secara periodiknya.

2. Berhenti Gesek Kartu. Menghilangkan kebiasaan bukanlah tugas yang mudah untuk dilakukan oleh seseorang. Begitupun bagi Anda yang mungkin saat ini berkata, "saya sudah begitu terikat dengan kartu kredit". Disini perlu komitmen dari diri Anda pribadi. Namun, bila hal ini tidak berhasil, ada baiknya langkah ketiga yang harus Anda pakai.

3. Hubungi Pihak Kartu Kredit. Langkah ketiga ini dapat dikatakan sebagai langkah berani yang harus Anda ambil. Lepaskan gengsi ataupun ketakutan Anda. Bicaralah dengan pihak kreditor Anda dan ungkapkan permasalahan yang sedang melilit Anda secara jujur dan lakukan negoisasi-negoisasi dengan kedudukan posisi sama tinggi. Apabila Anda terlihat melunak atau gampang dimanipulasi maka kesempatan untuk memperpanjang jangka waktu proses pembayaran hutang misalnya akan kecil.

4. Negosiasikan Hutang Anda. Proses negoisasi antara kreditor maupun debitor biasanya sangatlah alot, tetapi sekali lagi ini tergantung pihak-pihak yang berkomunikasi. Ketika Anda dilihat benar-benar tidak sanggup membayar keseluruhan hutang, maka biasanya pihak bank akan menawarkan jadwal cicilan pembayaran baru atau konsolidasi utang Anda ke satu utang dengan bunga yang relatif lebih rendah. Namun, apabila merasa kurang puas, lanjutkan proses negoisasi sampai Anda merasa betul-betul kesepakatan yang diambil menguntungkan Anda.

5. Pindahkan Hutang Anda. Sebenarnya di langkah keempat ini Anda sudah bisa membayar segala hutang kartu kredit Anda. Namun, apabila pihak penyedia kartu kredit masih bersikeras agar Anda tetap membayar sesuai beban bunganya, maka sebaiknya Anda memindahkan hutang ke kartu kredit dengan bunga lebih rendah. Atau bisa juga dengan memanfaatkan program transfer balance dimana program ini menawarkan bunga sangat kecil di 3 bulan pertama, lalu bertambah agak besar di bulan berikutnya. Besar bunga yang kecil di awal akan sangat membantu Anda untuk bernafas sejenak dan membuat strategi baru perencanaan pelunasan hutang kartu kredit Anda.

Semoga artikel ini setidaknya memberikan pencerahan bagi Anda yang saat ini sedang terlilit dengan hutang kartu kredit. Selamat mencoba!!!

Friday, July 3, 2009

Manusia akan bahagia bila….


Manusia akan bahagia bila mau membuka mata untuk melihat bahwa ia memiliki begitu banyak hal yang sangat berarti. Manusia akan bahagia bila ia mau membuka mata hati untuk menyadari betapa ia dicintai. Manusia akan bahagia bila ia mau membuka diri agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.

Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan dan tidak mau menerima dengan penuh Syukur apa yang dimiliki. Manusia buta dan egois karena hanya memikirkan diri sendiri; tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa apa yang ada saat ini adalah baik, selalu mau lebih karena keserakahan diri.

Kebahagiaan bersumber di dalam diri kita sendiri. Jika berharap dari orang lain bersiaplah untuk kecewa, bersiaplah untuk dikhianati. Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain dan mau menerima orang lain.

Percayalah kepada Tuhan dan beryukurlah selalu kepada-Nya karena kita senantiasa mendapatkan berkat terindah sesuai apa yang kita butuhkan. Tak perlu berkeras hati karena segala usaha dan kerja keras kita akan mendapatkan balasan terindah dari Tuhan sesuai rencana-NYA indah pada waktunya meskipun bukan hari ini. Teruslah berusaha dan berbahagia karena kita dicintai banyak orang.

Kata Bijak Hari ini:
Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan lainnya tanpa kita kehilangan semangat. (Abraham Lincoln)

Thursday, July 2, 2009

Letak Kekuatan

Ada kekuatan dalam cinta. Dan orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat karena ia mampu mengalahkan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri.

Ada kekuatan dalam tawa dan kegembiraan. Dan orang yang tertawa gembira adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah larut dalam tantangan dan cobaan.

Ada kekuatan dalam kedamaian diri. Dan orang yang dirinya penuh damai dan kebahagiaan adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah tergoyahkan dan terombang-ambingkan.

Ada kekuatan dalam kesabaran. Dan orang yang sabar adalah orang yang kuat karena ia sanggup menanggung segala sesuatu dan tidak pernah merasa tersakiti.

Ada kekuatan dalam kemurahan. Dan orang yang murah hatinya adalah orang yang kuat karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya untuk melakukan kebaikan bagi sesamanya.

Ada kekuatan dalam kebaikan. Dan orang baik adalah orang yang kuat akrena ia mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dan baik bagi semua orang.

Ada kekuatan dalam kesetiaan. Dan orang yang setia adalah orang yang kuat karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadinya dengan kesetiaan kepada Tuhan dan sesama.

Ada kekuatan dalam kelemahlembutan. Danorang yang lemah lembut adalah orang yang kuat karena ia bisa menahan diri untuk tidak balas dendam.

Ada kekuatan dalam penguasaan diri. Dan orang yang menguasai dirinya adalah orang yang kuat karena bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.

Di situlah letak di mana segala kekuatan sejati berada. Dan sadarilah bahwa Anda memiliki kekuatan yang sama untuk mengatasi semua masalah Anda. Di manapun dan kapan pun Anda berada.

Kata Bijak Hari ini:
Seseorang yang sedikit belajar ibarat kodok yang merasa kubangan sebagai bentangan samudera luas. (Peribahasa Myanmar)

Tuesday, June 30, 2009

LAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK DUNIA

Manusia terkadang berlaku tidak wajar, tidak adil dan egois. Namun Cintailah mereka.

Jika Anda berbuat kebaikan, motif dan tujuannya dipertanyakan. Namun, teruslah berbuat kebaikan.

Jika Anda meraih sukses, teman palsu dan musuh sejatilah yang Anda dapatkan. Namun raihlah kesuksesan Anda.

Kebaikan yang Anda lakukan hari ini akan dilupakan besok hari. Namun teruslah berbuat kebaikan.

Kejujuran dan keterusterangan kadang membuatmu diperolok. Namun teruslah jujur dan nerterus terang.

Manusia kadang-kadang pura-pura lemah dan menjadi pengekor. Namun teruslah membantu yang lemah.

Apa yang kamu bangun bertahun-tahun dapat hancur dalam sekejap. Namun teruslah berkarya.

Manusia yang membutuhkan pertolongan mungkin akan berbalik menyerangmu saat dibantu. Namun teruslah membantu.

Lakukanlah yang terbaik untuk dunia.

Kata Bijak Hari ini:
Kita bisa mengetahui seseorang melalui perbuatannya. (Peribahasa Latin)

Monday, June 29, 2009

Anda tidak kesepian

Kesepian Anda bukanlah karena tiada orang lain di sekitar Anda, namun karena tiada seseorang di hati Anda. Anda dapat kehilangan saat-saat berharga, yaitu bila suatu saat Anda enggan memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Saat Anda memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa sadar Anda menjalin hati Anda dan orang lain dengan dawai emas yang tidak kelihatan. Dawai emas itu disebut persaudaraan. Semakin banyak dawai emas yang Anda rajut semakin jauh hati Anda dari kesepian. Karena dawai-dawai itu Akan mendetingkan nada-nada yang memenuhi dan menghibur jiwa Anda.

Bangkitlah dan tebarkan uluran tangan Anda. Segaris senyum dan tatapan mata bersahabat cukup untuk membangunkan bahwa Anda tidak sendiri!

Kata Bijak Hari ini:

Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan adalah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini. (Samuel Taylor Coleridge)

Friday, June 26, 2009

Motivasi Diri

Anda keliru menuntut orang lain memotivasi Anda. Tak ada seorang pun bertanggung jawab atas timbul tenggelamnya motivasi itu dalam diri Anda selain diri Anda sendiri. Pidato para pemimpin yang menggebu-gebu, program pelatihan yang menggairahkan bahkan visi yang penuh kalimat indah, semua itu hanyalah usaha untuk mengetuk pintu motivasi Anda. Bila pintu itu tak berkenan Anda buka, sekeras apa pun gedorannya tak akan pernah berguna. Karena Anda menjadi orang pertama dan terutama yang bertanggung jawab terhadap motivasi Anda untuk sukses dalam karier dan kehidupan Anda, maka bangunlah, bangunkanlah diri Anda sekarang!

Anda pun tidak bertanggung jawab terhadap naik turunnya motivasi orang lain. Karena Anda tidak selalu tahu apa harapan mereka. Motivasi selalu bertalian dengan harapan. Sediakan tempat bagi mereka untuk memenuhi harapan bersama: antara Anda dan mereka. Kemudian bekerjalah bahu membahu untuk mewujudkannya. Motivasi selalu muncul dalam kegembiraan. Sedangkan kegembiraan ditemukan dalam bekerja sama.


Kata Bijak Hari ini:
Hati yang penuh syukur bukan saja kewajiban yang terbesar, melainkan pula merupakan induk segala kebajikan yang lain. (Cicero)

Thursday, June 25, 2009

ORANG TERPENTING PENENTU SUKSES ANDA

Tingkat kesuksesan dan keberhasilan Anda tergantung pada satu orang, yaitu diri Anda sendiri. Apa yang Anda mampu kerahkan dalam hidup, itulah yang Anda akan peroleh dari hidup. Anda tidak bisa meminjam, meminta atau mencuri kesuksesan orang lain. Memang orang lain mampu mengilhami, memotivasi, mendorong dan mendukung Anda. NAMUN satu-satunya orang yang menjalani kehidupan dan memberikan pilihan terbaik yang menentukan kesuksesan adalah diri Anda sendiri.

Anda tidak perlu menjadi orang lain untuk membuat dunia menjadi berbeda. Setiap orang punya caa masing-masing untuk merubah dunia karena hasrat dan kemauan yang berbeda. Bila hasrat dan kemauan Anda adalah mencari arti hidup Anda, maka itulah hasrat sejati untuk merubah dunia.

Lepas dari sekedar hasrat dan kemauan, semua yang terjadi dan dilihat serta diperhatikan orang adalah TINDAKAN nyata. Setiap tindakan memang menghasilkan banyak kemungkinan, tetapi tanpa tindakan yang ada hanyalah sebuah hasrat yang gagal.

Apakah Anda tertarik untuk merubah dunia hari ini? Siapkan diri Anda dan kesatuan hasrat dan tindakan, dan dunia pun akan memberikan jalan.

Kata Bijak hari ini:
Kebahagiaan Anda tumbuh berkembang manakala Anda membantu orang lain. Namun manakala Anda tidak mencoba membantu sesame, kebahagiaan akan layu dan mongering. Kebahagiaan bagaikan tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi. (Donald J. Walters)