tea break

memberikan pencerahan dan motivasi lewat cerita

Monday, June 28, 2010

Garam dan Kapas Di Dalam Sungai

Nasruddin memuati keledainya dengan dua karung garam untuk dibawa ke pasar.Garam itu larut ketika keledainya menyeberangi sungai.
Sesampainya di tepi, binatang itu berlari-lari berputar dengan girang, karena bebannya menjadi ringan. Tetapi Nasruddin kesal hatinya.

Pada hari pasaran berikutnya dua keranjang di punggung kedelainya dijejalinya padat dengan kapuk. Ketika menyeberangi sungai,
keledai itu hampir tenggelam karena beban dipunggungnya bertambah berat

'Nah, rasakan !' Nasruddin mencibir dengan rasa puas.
'Itu pelajaran bagimu. Jangan kau kira setiap kali kau melewati air kau beruntung.'

Kata Bijak Hari Ini:
Keberuntungan tidak pernah datang dua kali!

Penjelajah

Penjelajah itu pulang ke kampung halamannya. Penduduk ingin tahu segala sesuatu tentang sungai Amazone. Tetapi bagaimana mungkin mengungkapkan dalam kata-kata perasaan yang memenuhi hatinya, ketika ia melihat bunga-bunga begitu indah memukau dan mendengar seribu satu suara penghuni rimba di waktu malam? Bagaimana menjelaskan perasaan hatinya, ketika menghadapi binatang buas atau ketika mendayung perahu kecilnya melewati arus sungai yang sangat berbahaya?

Ia berkata, 'Pergi dan temukanlah sendiri! Tidak ada yang dapat menggantikan pertaruhan nyawa dan pengalaman pribadi.' Namun sebagai pedoman bagi mereka, ia menggambarkan peta sungai Amazone.

Mereka berpegang pada peta itu. Peta itu dibingkai dan diletakkan di kantor kotapraja. Mereka masing-masing menyalin peta itu. Dan setiap orang yang mempunyai peta, menganggap dirinya seorang ahli tentang sungai Amazone. Sebab, bukankah ia tahu setiap kelokan dan pusaran sungai, berapa lebar dan dalamnya, di mana air mengalir deras dan di mana terdapat air terjun?

Penjelajah itu selama hidupnya menyesalkan peta yang telah dibuatnya. Mungkin lebih baik jika dulu dia tidak menggambarkan apa-apa.


Renungan:
Katanya Buddha tidak pernah mau dipancing untuk berbicara tentang Tuhan.
Rupanya ia menyadari bahaya-bahaya menggambar peta bagi para cendekiawan di masa mendatang.

Mencari Di Tempat Yang Salah

Seorang tetangga melihat Nasruddin berjongkok sambil mencari sesuatu.

'Apa yang sedang Anda cari, Mullah?' 'Kunciku yang hilang.'

Dua-duanya terus berjongkok mencari kunci yang hilang itu. Sebentar kemudian tetangga itu beftanya: 'Di mana kuncimu yang hilang?'

'Di rumah.'

'Astaga! Lantas mengapa Anda mencarinya di sini?'

'Karena di sini lebih terang.'



Kata Bijak Hari Ini:
Apa gunanya mencari Tuhan di tempat-tempat suci, kalau Ia sudah tidak bersemayam lagi di dalam hatiku?

Lonceng-lonceng Kuil

Sebuah kuil dibangun di suatu pulau, tiga kilometer jauhnya dari pantai.
Dalam kuil itu terdapat seribu lonceng. Lonceng-lonceng yang besar, lonceng-lonceng yang kecil, semuanya dibuat oleh pengrajin-pengrajin terbaik di dunia. Setiap kali angin bertiup atau taufan menderu, semua lonceng kuil serentak berbunyi dan secara terpadu membangun sebuah simponi. Hati setiap orang yang mendengarkannya terpesona.

Tetapi selama berabad-abad pulau itu tenggelam di dalam laut; demikian juga kuil bersama dengan lonceng-loncengNya. Menurut cerita turun-temurun lonceng-lonceng itu masih terus berbunyi. tanpa henti, dan dapat didengar oleh setiap orang yang mendengarkannya dengan penuh perhatian. Tergerak oleh cerita ini, seorang pemuda menempuh perjalanan sejauh beribu-ribu kilometer. Tekadnya telah bulat untuk mendengarkan bunyi lonceng-lonceng itu. Berhari-hari ia duduk di pantai, berhadapan dengan tempat di mana kuil itu pernah berdiri, dan mendengarkan - mendengarkan dengan penuh perhatian. Tetapi yang didengarnya hanyalah suara gelombang laut yang memecah di tepi pantai. Ia berusaha mati-matian untuk menyisihkan suara gelombang itu supaya dapat mendengar bunyi lonceng. Namun sia-sia. Suara laut rupanya memenuhi alam raya.

Ia bertahan sampai berminggu-minggu. Ketika semangatnya mengendor, ia mendengarkan orang tua-tua di kampung. Dengan terharu mereka menceritakan kisah seribu lonceng dan kisah tentang mereka yang telah mendengarnya. Dengan demikian ia semakin yakin bahwa kisah itu memang benar. Dan semangatnya berkobar lagi, apabila mendengar kata-kata mereka ... tetapi kemudian ia kecewa lagi, kalau usahanya selama berminggu-minggu ternyata tidak menghasilkan apa-apa.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri usahanya. Barangkali ia tidak ditakdirkan menjadi salah seorang yang beruntung dapat mendengar bunyi lonceng-lonceng kuil itu. Mungkin juga legenda itu hanya omong kosong saja. Lebih baik pulang saja dan mengakui kegagalan, demikian pikirnya. Pada hari terakhir ia duduk di pantai pada tempat yang paling disayanginya. Ia berpamitan kepada laut, langit, angin serta pohon-pohon kelapa. Ia berbaring di atas pasir, memandang langit, mendengarkan suara laut. Pada hari itu ia tidak berusaha menutup telinganya terhadap suara laut, melainkan menyerahkan dirinya sendiri kepadanya. Dan ia pun menemukan suara yang lembut dan menyegarkan di dalam gelora gelombang laut. Segera ia begitu tenggelam dalam suara itu, sehingga ia hampir tidak menyadari dirinya lagi. Begitu dalam keheningan yang ditimbulkan suara gelombang dalam hatinya.

Di dasar keheningan itu, ia mendengarnya! Dentang bunyi satu lonceng disambut oleh yang lain, oleh yang lain lagi dan oleh yang lain lagi ... dan akhirnya seribu lonceng dari kuil itu berdentangan dengan satu melodi yang agung berpadu. Dalam hatinya meluap rasa kagum dan gembira.


Kata Bijak Hari ini:
Jika engkau ingin mendengar lonceng-lonceng kuil, dengarkanlah suara laut.
Jika engkau ingin melihat Tuhan, pandanglah ciptaan dengan penuh perhatian. Jangan menolaknya, jangan memikirkannya. Pandanglah saja.